Konsep Green Building pertama kali berkembang pada tahun 1970. Dimana mulai adanya pemerhati yang mengedepankan penghematan energi dan kesinambungan terhadap lingkungan. Sejak saat itu konsep dalam pembangunan didasari atas keprihatinan masyarakat terhadap krisisi energi. Sehingga penghematan energi mulai di jalankan secara sinergi dengan konsep berkelanjutan.
Ada 4 aspek dalam konsep GREEN BUILDING yang menjadi dasar pembangunan, Meliputi :
1. Material
Material yang digunakan untuk membangun, haruslah di ambil dari alam. Material yang digunakan merupakan sumberenergi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, kekuatan material yang telah diuji, dan mengandung unsur daur ulang untuk mengurangi produksi sampah.
2 Energi
Krisis energi menjadi salah satu aspek yang di perhatikan dalam proses bengunan berkelanjutan. Panel surya diyakini dapat mengurangi beban listrik, selain itu bangunan selayaknya dilengkapi dengan jendela dan ventilasi yang memadai. Pada daerah dengan sumber daya angin yang cukup bisa menggunakan turbin angin sebagai sumber energi, begitu pula dengan sumberdaya air sebagai sumber energi kinetik dari air.
3. Air
Sumber daya air sangat di perhatikan dalam konsep Green Building. Seperti diketahui 72% lapisan Bumi adalah air, namun 97% darinya merupakan air asin dan tidak layak di konsumsi. Sangat sedikit air tawar yang bisa di konsumsi. Karena 70% air tawar terkunci dalam lapisan es, kurang dari 1% dari air tawar dunia yang bisa di akses. 6 Negara ( Brasil, Rusia, Kanada, Indonesia, Cina dan Kolombia) memiliki 50% dari cadangan air tawar dunia sedangkan sepertiga penduduk bumi hidup dengan "kekurangan air ". Bisa diartikan sendiri energi dari sumberdaya air saat ini.
4. Kesehatan
Aspek berikutnya adalah kesehatan. Konsep Green Building sangat mengedepankan kesehatan bagi pemakai bangunan tersebut. Dari segi penggunaan kelengkapan rumah, seperti furnitur, jenis ubin, bahan-bahan perlengkapan dapur hingga semua kelengkapan pada ruang tidur. Semua mengutamakan aspek kesehatan dengan pemilihan barang-barang yang bebas emisi, tahan air dan bebas atau rendah VOC.
Di Indonesia sudah di bentuk Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau juga Green Building Council Indonesia (GBC) merupakan sebuah lembaga yang berjalan secara mandiri (non government) dan berbentuk nirlaba (non profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan dalam masyarakat untuk mengaplikasikan praktek-praktek terbaik lingkungan dan memberi fasilitas transformasi mengenai industri bangunan global yang berkelanjutan. GBC Indonesia merupakan Emerging Member Dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC kini beranggota 90 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara anggota.
GBC Indonesia didirikan tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergitas antara pihak-pihak yang berkepintangan, meliputi :
- Profesional bidang jasa konstruksi,
- Kalangan industri sektor bangunan dan properti,
- Pemerintah,
- Institusi pendidikan dan penelitian,
- Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.
Salah satu progran dari GBC Indonesia adalah menyelanggakan legiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di berbagai daerah di Indonesia berdasarkan penilaian khas Indonesia yang di sebut GREENSHIP. Menurut Deputy of Organizations & Special Event Green Building Council Indonesia, Bintang Nugroho. Saat ini Indonesia baru memiliki 2 gedung yang menyandang sertifikat Green Building. Yaitu gedung Menara BCA di Grand Indonesia dan Gedung milik PT Dahana di Subang. Keduanya mendapat sertifikasi Greenship Platinum.
" Begitu banyak tantangan baru untuk memulai sebuah penghematan energi. Saya hanya membayangkan, seandainya setiap bangunan memiliki sertifikasi Green Building. Sepertinya penduduk Indonesia akan malas memakai AC. Bagaimana menurut Anda? "
Terimakasih telah berkunjung dan membaca.
Salam Hijau Lestari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar